Asal Mula Desa Rimba Terap

Zaman dahulu kala hiduplah seorang putri. Ia tinggal bersama beberapa prajuritnya. Ia menyimpan banyak emas. Suatu hari datanglah para perampok ke desa tempat tinggal putri. Para perampok sengaja datang ke desa itu karena mereka mengetahui bahwa putri menyimpan banyak emas. Perampok yang datang hendak mengambil emas yang dimiliki putri terkenal sangat jahat dan keji.

Kedatangan perampok diketahui putri. Putri dan prajuritnya segera menyelamatkan diri dengan cara melarikan diri. Dalam perjalanan putri dan prajurit membawa 7 kendi emas. Mengetahui putri melarikan diri, para perampok pun mengejar. Putri pun berlari sejauh mungkin hingga mereka menemukan tempat bersembunyi. Setelah lama mereka bersembunyi,  perampok pun mengetahui di mana putri dan prajurit berada.

Sebelum perampok itu menemukan putri, mereka segera pergi. Putri bersama prajuritnya berjalan melewati sungai memakai perahu hingga sampailah mereka di suatu daerah. Di daerah tersebut banyak terdapat pohon serdang. Mereka pun beristirahat di daerah tersebut. Cukup lama mereka beristirahat hingga mereka memutuskan untuk tinggal beberapa hari.

Suatu pagi, putri berjalan di sekitar pepohonan. Diamatinya pohon-pohon yang ada. Mata putri tertuju pada sebatang pohon yang berduri. Ia sangat penasaran. Segera didekatinya pohon tersebut. Diamatinya dengan teliti, “Batang pohon ini sangat unik. Apa ya yang membedakannya dengan pohon lain?” tanya putri dalam hati. Ternyata, batang pohon tersebut  menyerupai manusia. Pohon itu seolah tersenyum pada putri. Putri sangat terkejut melihat keanehan tersebut.

“Batang ini seperti ajaib,” kata putri pada prajuritnya. Prajuritnya pun bersama-sama memperhatikan pohon tersebut.

“Alangkah enak jika kita tinggal di sini, Prajurit. Bagaimana kalau kita tinggal di sini saja.  Lagi pula perampok tidak  akan mengetahui kalau kita tinggal di sini.”

“Kami  setuju, Putri, ” jawab prajurit bersamaan.

Mereka pun tinggal di batang ajaib itu.

Beberapa bulan kemudian datanglah seorang laki-laki. Setelah melihat putri ia langsung jatuh hati. Ia langsung memersunting putri.  Putri pun menyetujuinya. Setelah ditentukan harinya, menikahlah putri dengan laki-laki tersebut.

Setelah menikah, laki-laki itu mengajak putri tinggal di suatu tempat. Tempat tersebut banyak terdapat rimba. Di sana banyak pohon terap. Mereka  hidup bahagia di sana dan mempunyai anak.

Ketika anaknya beranjak dewasa, anaknya sering sakit-sakitan. Orang tuanya telah pergi ke semua tabib untuk menyembuhkan anaknya. Namun, semua itu belum mendatangkan hasil.

Suatu hari putri mendapatkan kabar adanya seorang tabib yang mampu mengobati berbagai penyakit. Putri dan suaminya pun segera datang ke tabib yang sudah terkenal tersebut. Tabib itu menjelaskan bahwa anak mereka tidak boleh tidur di  bawah daun pisang.

Mereka pun pulang dan segera melaksanakan pesan tabib. Setelah beberapa hari menuruti apa kata tabib itu, anak mereka berhasil sembuh. Namun,  hal itu tidak berlangsung lama. Beberapa bulan kemudian, anak mereka kembali sakit, bahkan penyakitnya bertambah parah. Mereka  hanya bisa pasrah karena belum  ada yang bisa menyembuhkan penyakit anak mereka.

Suatu hari laki-laki itu pergi ke salah satu rimba pohon terap yang tak jauh dari rumah mereka. Ia mendapat ide untuk membawa anaknya ke rimba tersebut.  Setelah dibawa ke rimba terap,  anak mereka pun  sembuh dan tidak pernah sakit lagi. Laki-laki itu pun berpikir untuk memberikan nama daerah tempat tinggalnya dengan nama pohon terap. Putri menyetujui usul suaminya. Mereka sepakat memberi nama daerah mereka dengan nama Desa Rimba Terap. Desa Rimba Terap sekarang terletak di Kecamatan Betung, Kabupaten  Banyuasin, Sumatera Selatan.

Diceritakan kembali oleh Neny Tryana, S. Pd. dan Mentari.
Cerita rakyat ini berasal dari Kecamatan Betung, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *