…. Kepergian naga emas mengubah kehidupan masyarakat Lancang Emas. Masyarakat Lancang Emas tidak lagi memilki sumber emas yang selama ini berasal dari naga emas. Hal ini tentu saja menjadikan kehidupan masyarakat tidak lagi sejahtera. Apa boleh buat. Nasi sudah menjadi bubur. Naga emas tidak meninggalkan apa-apa selain meninggalkan lubuknya yang dalam….
ALKISAH pada zaman dahulu ada sebuah desa yang bernama Lancang Emas. Penduduk Desa Lancang Emas hidup secara berdampingan dengan damai dan tenteram. Mereka sangat senang tolong-menolong. Mereka saling menjaga perasaaan masing-masing. Mereka hidup dalam kemakmuran. Sesuai dengan namanya Lancang Emas, desa tersebut sangat kaya karena mereka banyak memiliki emas sebagai sumber kehidupan mereka.
Sebenarnya, emas yang dimiliki warga sebagai sumber kehidupan mereka berasal dari seekor naga emas. Naga tersebut merupakan sumber kehidupan masyarakat Lancang Emas. Naga itu selalu memberikan emas kepada masyarakat desa tersebut.
Cukup lama masyarakat desa Lancang Emas hidup dalam kemakmuran hingga suatu hari naga meminta sesuatu kepada masyarakat Lancang Emas.
“Wahai penduduk desa, hari ini aku punya satu permintaan pada kalian. Aku berharap kalian tidak keberatan dan mau memenuhi perminataanku ini,” ucap naga emas kepada masyarakat lancang emas.
“Apa permintaanmu, wahai naga emas. Kami akan berusaha memenuhi permintaanmu,” jawab salah seorang warga.
“Aku meminta pada kalian agar memberiku seekor kambing hitam untuk makananku,”
“Baiklah, kami segera mencarikan kambing hitam dan secepatnya akan kami serahkan kepadamu,” jawab warga desa.
Setelah cukup jauh dari tempat naga emas, masyarakat desa membicarakan permintaan naga emas.
“Bagaimana menurut kalian permintaan naga emas tadi,” tanya salah seorang warga desa.
“Menurutku kita harus memenuhi permintaan naga emas. Bukankah tidak sulit mencari kambing hitam?” jawab salah seorang warga.
“Bagaiman kalau kita tidak usah member seekor kambing hitam. Kita ganti saja kambing hitam dengan seekor anjing hitam,”
“Aku tidak setuju. Kalau naga emas tahu, bagaimana?’
“Tenang saja. Dia tidak akan tahu. Kambing hitam dan anjing hitam kan hampir sama.”
“Nanti, kalau ada apa-apa, bagaimana?”
“Aku yakin tidak akan terjadi apa-apa,” jawab penduduk yang tadi memberikan usul.
“Baiklah, kalau memang kalian mengganggap tidak akan terjadi apa-apa, kalian setuju dengan usul tersebu?”
“Bagaimana, yang lain, setuju?”
“Setuju,” jawab penduduk bersamaan.
Akhirnya mereka sepakat mengganti permintaan naga emas dengan seekor anjing hitam.
Ternyata, perbuatan masyarakat Lancang Emas diketahui oleh naga emas. Naga emas sangat marah dan sangat kecewa. Ia tidak mengira warga desa membohonginya. Karena kecewa, naga emas pun pergi meninggalkan desa. Ia pergi ke suatu tempat. Sejak saat itu tidak ada yang tahu di mana keberadaan naga emas.
Kepergian naga emas mengubah kehidupan masyarakat Lancang Emas. Masyarakat Lancang Emas tidak lagi memilki sumber emas yang selama ini berasal dari naga emas. Hal ini tentu saja menjadikan kehidupan masyarakat tidak lagi sejahtera. Apa boleh buat. Nasi sudah menjadi bubur. Naga emas tidak meninggalkan apa-apa selain meninggalkan lubuknya yang dalam.
Karena kelancangan masyarakat Lancang Emas dan juga karena naga emas telah meninggalkan bekas lubuknya yang dalam, masyarakat sepakat mengganti nama tempat tinggal mereka menjadi Lubuk Lancang.
Saat ini kehidupan masyarakat Lubuk Lancang menjadi makmur berkat usaha dan kerja keras mereka. Mereka memanfaatkan teknologi dan kemajuan zaman untuk menyejahterakan kehidupan mereka (***)
Diceritakan kembali oleh Neny Tryana, S. Pd. (Guru SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III)
Cerita rakyat ini berasal dari Desa Lubuk Lancang, Kecamatan Suak Tapeh, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.