Bali Niksoma

Makan di Bali Niksoma & Soal Wisata Halal

Dalam rangkaian acara Danone Blogger Academy 2019 lalu, aku berkesempatan mencicipi makanan di Bali Niksoma. Bali Niksoma terletak di Jalan 69, Seminyak. Di depannya tersaji pantai yang bersih dan tidak terlalu ramai.

Kami mengadakan acara inagurasi, penutupan DBA 2019 di tempat tersebut. Aku beruntung bisa diikutsertakan dalam DBA kali ini bersama 10 peserta lain yang keren-keren. Posisiku hanya sebagai alumni DBA sebelumnya yang mencoba membantu mereka mengerjakan outline tugas akhir.

Aku mengernyit sebenarnya saat melihat menu yang diperlihatkan ke kami sejak siang di hotel. Menu ini akan kami makan buat dinner. Early dinner sebenarnya karena maghrib kami sudah harus berangkat ke bandara.

Lihat saja makanan pembukanya. Vegetables Spring Roll dan Caesar Salad. Aku memilih Caesar Salad karena aku belum pernah makan salad. Nggak suka. Tapi karena ini di Bali, sekalian saja aku mencoba pengalaman baru makan salad. Untuk menu utamanya, aku memilih Aglio Olio. Meski sebenarnya aku kepengen sekali makan Mahi-mahi. Sayang di situ tertera “white wine”. Aku takut itu haram.

Menu datang satu per satu. Mulanya appetizer datang. Salad terhidang di meja.

Caesar Salad

Jadi beginilah bentuk Caesar Salad itu. Yang dimaksud dengan Prawn in weet potato coat adalah seekor udang goreng yang dibalut sehelai ubi ungu seakan-akan udang tersebut memakai jaket. Indah kelihatannya, tapi buat orang Indonesia sepertiku, sepertinya ada aroma yang asing. Mungkin kejunya atau apanya. Entahlah.

Aglio Olio

Hidangan utamanya adalah Aglio Olio. Yang tidak kusangka adalah porsinya besar sekali. Wah, ini tidak sesuai dengan teori “Isi Piringku” karena seharusnya karbohidratnya cukup sepertiga porsi saja, ditambah sepertiga protein, dan sepertiganya lagi sayur dan buah. Proteinnya yang kurang. Aku tadinya berharap ada suwiran ayam atau ikan yang lumayan banyak di Aglio Olio ini.

Meski rasanya enak, tetap saja ada aroma yang asing buatku. Hatiku agak tak nyaman karenanya.

Kuliner dan Wisata Halal

Wisata Halal

Baru-baru ini ramai soal Wisata Halal. Banyak yang masih salah kaprah dalam wisata halal ini, baik yang mendukung maupun yang kontra. Padahal Wisata Halal sebenarnya adalah terminologi pariwasata dalam memarketing toleransi.

Misalnya, dalam kasus Bali, yang banyak hotel dan restonya juga menyediakan babi dan wine. Ketika konsep wisata halal diterapkan, maka di hotel dan resto tersebut akan menerapkan SOP yang terpisah soal memasak makanannya. Sebab, kehalal-dan-haraman suatu makanan bukan cuma karena tidak makan babi atau minum wine, melainkan juga dalam prosesnya, alat masaknya tidak tercampur dengan alat yang digunakan untuk memasak babi dan wine.

Boleh jadi ketidaknyamananku keliru. Aroma yang kuhidu saat memakan makanan itu, yang asing itu, kucurigai berasal dari sesuatu “yang berbeda”.

Seorang teman kemudian tahu ketidaknyamananku dan menyuruhku mengonfirmasi. Namun kukatakan padanya, “Kalau kita nggak tahu, kita nggak dosa saat memakan ini semua. Tapi kalau tahu, kan jadi nggak boleh makan….” Wakakaka.

 

16 Replies to “Makan di Bali Niksoma & Soal Wisata Halal”

  1. Pto dan kontra sih wisata halal ini, salahnya ya yg buat konsep kurang sosialisasi hehe
    Btw saya kl stay di hotel memang suka sekali jelajah sarapannya, apalagi ada makanan2 yg baru 😀

  2. Kalau aku penikmat segala kuliner Mas.. Alias semua dilahap. Hehe… Tapi nggak tau deh kalau sama-sama dihadapkan dengan aroma yang “berbeda” kaya gitu.. hehehe… Btw, ikut seneng dan jadi mupeng juga kalau ada wisata kuliner gini. Apalagi makan di hotel denga menu asing dan lezat. Itu sebuah petualangan seru.

  3. Wah, enak nih menunya…meski memnag kadang ragu menyantapnya ya..apalagi di Bali
    Konsep wisata halal di banyak negara yang Muslim jadi minoritas syukurnya sudah banyak diterapkan jadi kita saat berwisata ga kebingungan.Kalaupun cari akan biasa aku pilih menu di resto vegetarian..tapi kalaupun susah dan terlanjur makan karena ga tau ya ga dosa kan…

  4. Aroma asing dari salad dan spagetinya itu dari minyak zaitunnya mungkin mba. Saya pun sebagai orang sumatera sangat sangat gak cocok makan makanan western food begini. Tapi berhubung saya tinggal di Bali 6 tahun, eeeh akhirnya jadi terbiasa juga makan makanan begitu lebih sering dari biasanya. Hihihi.

  5. Wah enak sekali itu pastanya Aglio Olio ya mbak namanya ..sepertinya aku juga mau berburu pasta ini ahh heheh jadi laper. Btw keren mbak bisa masuk peserta Danone 2019 selamat ya

  6. Makan di hotel memang ada keseruan tersendiri. Kadang pas di hotel memang bisa lebih fresh pikiran, untuk sekedar santai sambil membahas bisnis dan pekerjaan juga oke. Btw, dulu pas ke Bali di seminyak saya pernah kesini deh, enak-enak makanannya 🙂

  7. Waaa jadi inget makan aglio olio di suatu tempat. Miripp banget platingnya juga >.<
    Wisata halal yang masih kontroversi, tapi suka aja sih dengernya hihi apa2 jadi halal dan non halal, sekalian edukasi ke masyarakat yak kalau yg halal yg harus diutamakan

  8. yang paling bikin was was klo pas ke bali ini emg maslaah makanannya

    udah biasanya milih ga makan neko2 atau klo susah bikin indomie cup di hotel., alhamdulillah ya kak klo makin byk resto halal di bali

  9. Amannya kita memang pesan menu2 familiar aja ya hihi. Oh ya perempuan yg di foto itu mba Agi bukan sih ka? Blogger Jogja. Hihi..

  10. Wah, bisa merasakan suatu aroma, ya. Wajar kalau jadi tidak nyaman.
    Kalau di Bali, saya lebih suka makan di tempat yang saya yakin di situ tidak memasak babi, dan hal itu pernah jadi suatu drama perjalanan panjang demi mencari sepiring makanan. Hehehe
    Tapi kalau event gitu, saya cukup yakin kalau pengundang cukup aware dengan hal ini.

  11. bener banget sama kalimat terakhir. gak tau maka gak dosa.kalau tau dan diterusin makannya baru masuk dosa. jadi mending bismillah aja ya kak. hukumnya mubah. karena tidak tahu. gusti Allah maha Pengampun kok bagi hambanya yang gak tau. makan mbak. makan. yg kenyang ya.hihihi

  12. ya, warung makan muslim di Bali memang katanya susah. tapi ada kok kalo cari. apalagi kalo yang sudah lama di Bali pasti tau. Tapi kalau di restoran hotel kurang tau juga ya…

  13. Sama dengan pengalamanku makan steak di sebuah kafe di Bali. Aq tanya dulu, apa menu yg ini halal. Halal katanya, chef kami juga Islam. Okeh, aq pesanlah. Ketika aq makan emang terasa ada yang tidak biasa. Mungkin sudah ada winenya juga disitu hiks. Tobat deh.

  14. Untuk urusan makanan ini aku pun orangnya sensitif banget, Mas. Apalagi disaat berada di daerah yang mayoritas non-muslim. Pasti ada perasaan ‘ga nyaman’ saat mau makan. Karena memang bener yang Mas bilang, halal itu bukan cuma bahan, tetapi termasuk alat-alat yang digunakan, ya. Semoga semakin banyak resto2 yg support wisata halal ini, jadi kita mau makan di mana aja jadi lebih nyaman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *