Ini sebenarnya cerita pada Maret lalu, seusai menikmati Air Terjun Tumpak Sewu di Lumajang-Malang. Tidak bisa kutampik kalau Tumpak Sewu alias Coban Sewu itu adalah air terjun terindah dan termegah yang pernah kukunjungi. Nah, cerita ini datang setelahnya, sebuah cerita yang penuh ketidaksengajaan hingga kami menemukan Coban Ciblungan.
Mulanya memang tak ada rencana sama sekali ke Coban Ciblungan. Tadinya, satu hari itu direncanakan mengunjungi 2 air terjun: Tumpak Sewu dan Air Terjun Kapas Biru. Dua-duanya terkenal sekali di Instagram. Namun karena berangkatnya kesiangan, dan juga karena kelelahan karena masuk Tumpak Sewu lewat Pintu Malang yang ekstrem, hampir pukul dua kami baru selesai makan siang di Pintu Lumajang Tumpak Sewu. Estimasinya, tidak sempat ke Air Terjun Kapas Biru. Kalau pun sempat, pulang ke Malang bisa kemalaman, dan kami akan tambah kelelahan. Padahal ya tak boleh kelelahan karena besoknya kami harus bertugas.
Jadinya, aku berinisiatif mencari air terjun di sekitar Tumpak Sewu yang tidak memerlukan treking terlalu lama. Ketemulah Coban Ciblungan. Kamu bisa lihatlah vlog singkat kami di Coban Ciblungan!
Pintu masuk Coban Ciblungan jangan dibayangkan berdiri megah. Petunjuknya memang kurang. Awalnya kami bingung di mana harus memarkirkan motor. Maklum motornya sewaan. Takut hilang. Kami pun bertanya pada rumah terdekat dan dia bilang silakan parkirkan motor di depan rumahnya. Kami hanya perlu membayar uang parkir Rp5.000. Tiket masuk Coban Ciblungan? Tak perlu. Alias gratis.
Jalan masuk ke Coban Ciblungan memang benar-benar jalan setapak. Rumput sudah serut di sekitarnya. Pertanda sepertinya pengunjung ke coban ini masih sedikit. Bambu-bambu besar tampak di sisi jalan. Di sini Hamzah, rekan seperjalananku, mulai berubah air mukanya. Tampaknya dia takut. Karena memang, tak ada pengunjung lain selain kami berdua.
Aku bertanya-tanya adakah misteri Coban Ciblungan ini. Sebab, setelah berjalan tak begitu jauh, mungkin hanya sekitar 5-10 menit, aku melihat keindahan Coban Ciblungan luar biasa. Tapi kok sepi.
Coban ini bukan tipe coban yang besar dan megah. Tidak tinggi begitu. Tetapi, beberapa aliran terdiri dari air terjun yang tertata rapi. Air terjun utama Ciblungan berasal dari sungai di atasnya. Pada saat yang sama, air terjun lain yang lebih rendah, muncul dari sumber air sekitar lokasi. bisa bersantai dan menikmati sejuknya udara pegunungan. Karena dikelilingi oleh tanaman hijau akan membuat betah berlama-lama.
Yang paling menakjubkan adalah kejernihan air di Coban Ciblungan ini. Jernih sekali. Sejujurnya aku pengen berenang dan berlama-lama di sini. Tapi Hamzah merengek minta pulang. Dia yang biasanya cerewet jadi terdiam. Aku kan curiga jadinya.
Tak banyak foto yang kuambil. Hanya dari point of view yang standar. Padahal niatnya pengen berendam lalu direkam dan berfoto, tapi kan nggak lucu kalau ketakutan Hamzah akan misteri Coban Ciblungan jadi kenyataan. Tahunya di foto muncul objek-objek lain gitu.
Kami pun pulang. Saat pamit dengan yang punya rumah, aku iseng bertanya soal misteri Coban Ciblungan. Apakah ada cerita horornya? Dia tertawa dan menjawab tidak ada. Coban Ciblungan ini justru dipergunakan warga sekitar terutama anaka-anak buat bermain air, mandi. Dulu pengunjungnya cukup ramai. Namun karena pandemi, jadi sepi yang ke sini.
Begitulah akhirnya petualangan kami bermotor dari Kota Malang demi mengunjungi air terjun harus berakhir. Kami pun pulang sambil bergantian mengendarai sepeda motor.