ada zaman dahulu, hiduplah seorang puteri yang cantik jelita di kerajaan kayangan. Putri cantik itu bernama Puteri Bulan. Dahulunya kerajaan kayangan sangat damai dan asri, tetapi kedamaian itu hilang dalam sekejap oleh raksasa gerhana. Raksasa gerhana adalah makhluk besar yang sangat mengerikan yang ingin memakan Puteri Bulan. Keinginan Raksasa Gerhana belum berhasil karena Puteri Bulan bersembunyi di dalam sebuah istana yang tidak bisa ditemukan oleh siapapun.
Sementara itu, di suatu desa yang bernama Desa Rimba ada seorang pemuda yang hampir setiap malam selalu memainkan seruling dengan suaranya yang sangat merdu. Pemuda itu bernama Kilip. Sambil bermain seruling, kedua temannya yang bernama Klowo dan Wongso ikut bersorak gembira.
Pekerjaan Kilip sehari-harinya adalah membajak sawah warisan orang tuanya. Karena orang tuanya sudah meninggal, Kilip membajak sawah sendirian. Selain membajak sawah, Kilip juga sering berburu dengan teman-temannya. Kegiatan ini biasa ia lakukan pada siang hari,
Suatu hari Klowo dan Wongso mengajak Kilip berburu. Mereka pun berjanji berkumpul di tempat biasa. Kilip datang lebih dahulu. Lama Kilip menunggu, Klowo dan Wongso belum juga muncul. Kilip merasa ada yang janggal. Ia bertanya-tanya dalam hati penyebab kedua temannya tidak datang karena selama ini mereka tidak pernah mengingkari janji.
Malam harinya, Kilip bermain seruling seperti biasa. Kilip tidak mengetahui kalau di kayangan sedang terjadi keributan. Sang Raksasa Gerhana berhasil menemukan Putri Bulan dan tanpa membuang waktu ia langsung mengejar Puteri Bulan. Puteri Bulan berusaha melawan dan terjadilah pertempuran sengit. Adu kekuatan pun tidak bisa terhindar lagi. Setelah lama bertarung Puteri Bulan terkena pukulan raksasa dan dia jatuh ke bumi. Raksasa Gerhana pun mengejar ke bumi. Akan tetapi, ia merasa sangat kesakitan karena mendengarkan suara seruling. Karena suara seruling semakin lama semakin menyakitkan, Raksasa Gerhana pun pergi meninggalkan bumi dengan terburu-buru. Puteri Bulan terbebas. Ia segera mencari sumber suara seruling itu.
“Wah, ternyata engkau yang memainkan seruling dengan merdu,” ujar puteri mengagetkan Kilip.
“Siapa kau?” tanya Kilip.
“Tenang, jangan takut. Aku adalah Puteri Bulan.”
“Dari mana kau datang?”
“Aku berasal dari khayangan. Tadi aku dikejar-kejar Raksasa Gerhana. Suara serulingmu telah menyelamatkanku.”
“Maksudmu?”
“Iya, suara serulingmu telah menyelamatkanku. Sang raksasa sangat kesakitan mendengar suaramu. Karena tidak tahan kesakitan, akhirnya ia pergi.”
“Oh, begitu,” jawab Kilip sambil menganguk-angguk.
“Terimakasih ya, telah membantuku.”
“Sama-sama.”
“Karena engkau telah menolongku, sekarang aku persilakan engkau menyampaikan permintaan kepadaku. Apapun permintaanmu akan aku kabulkan.”
“Baiklah. permintaanku adalah aku ingin menjelajahi negeri ini.”
“Tidak masalah. Permintaanmu akan aku kabulkan. Akan tetapi, sebelum aku mengabulkan permintaanmu, aku punya satu syarat.”
“Apa syaratmu?”
“Jangan kau ceritakan hal ini pada orang lain.”
“Baik. Aku berjanji.”
Setelah menyetujui perjanjian itu, Putri Bulan pun mengantar Kilip mengelilingi negerinya dengan menaiki burung raksasa. Ia sangat senang bisa mengelilingi negerinya, sesuatu yang sangat diimpikannya selama ini bisa menjadi kenyataan. Dalam perjalanan itu Kilip melihat seluruh bagian desanya, Kilip sadar bahwa masih banyak lagi orang yang tidak seberuntung dirinya. Kilip sangat bersyukur karena dia dilahirkan di negerinya, yakni di Desa Rimba. Nama Desa Rimba tersebut kini berubah menjadi Desa Pulau Rimau.
Diceritakan kembali oleh Neny Tryana, S. Pd.
Cerita rakyat ini berasal dari Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.