Asal Mula Nama Desa Pengumbuk

… Tiba di sungai rambut putri gugur sehelai. Putri mengambil rambutnya yang gugur tersebut dan memasukkan rambutnya ke dalam bokor (baskom). Tanpa diketahui putri ternyata bokor tersebut hanyut terbawa air. Putri pulang ke mahligainya tanpa mengetahui kalau bokornya sudah tidak ada lagi….

Zaman dahulu ada sebuah desa misterius yang dihuni orang-orang sakti. Salah satu orang sakti itu adalah Aryo Carang dan putrinya bernama Dayang Rindu. Aryo Carang membangun sebuah mahligai untuk tempat tinggal Dayang Rindu. Mahligai yang dibangun Aryo Carang terletak di belakang desa.
Suatu hari Dayang Rindu pergi ke sungai untuk mandi. Tiba di sungai rambut putri gugur sehelai. Putri mengambil rambutnya yang gugur tersebut dan memasukkan rambutnya ke dalam bokor (baskom). Tanpa diketahui putri ternyata bokor tersebut hanyut terbawa air. Putri pulang ke mahligainya tanpa mengetahui kalau bokornya sudah tidak ada lagi.
Bokor milik putri terus hanyut mengikuti arus air hingga sampai ke tempat mandi Sunan Palembang. Seorang penjaga tempat mandi sunan melihat sebuah benda yang hanyut.
“Benda apa itu?” tanyanya dalam hati. Ia pun mendekati benda itu dan mengambilnya.
“Bagus sekali benda ini, tetapi aku tidak berani mengambilnya. Lebih baik kuserahkan saja benda ini pada sunan.” Segera ia membawa bokor kehadapan sunan.
“Tuanku, hamba penjaga tempat mandi datang menghadap.”
“Ada apa engkau berani menghadapku?” tanya raja.
“Hamba telah menemukan benda ini di tempat mandi tuanku. Sepertinya benda ini hanyut terbawa air. Hamba menghadap bermaksud untuk menyerahkan benda ini pada tuanku.”
“Baik. Aku terima. Bawa kemari benda itu!”
Penjaga tempat mandi pun berjalan perlahan dan menyerahkan bokor milik Dayang Rindu kepada sunan. Setelah itu ia pamit dari hadapan sunan.
Setelah menerima benda tersebut, sunan langsung membuka bokor tersebut. Ia sangat terkejut ternyata bokor itu berisi rambut.
“Rambut siapa ini. Kalau rambutnya saja bagus seperti ini, pasti pemiliknya sangat cantik. Aku harus menemukan pemilik rambut tersebut dan akan kujadikan istri,” kata sunan dalam hati.
“Pengawal, kemari!”  teriak sunan kepada pengawalnya.
“Duli tuanku, hamba menghadap,” tergesa-gesa pengawal menghadap sunan.
“Segera kau pergi. Cari dan temukan  pemilik rambut ini. Kalau sudah ketemu langsung kau bawa ia menghadapku,” perintah sunan.
“Baik, Tuanku. Hamba permisi untuk segera mencari pemiliki rambut itu.”
“Silakan.”
Pengawal pun segera mencari mencari pemilik rambut yang ada dalam bokor.
Setelah keluar masuk dari satu desa ke dasa lain, pengawal berhasil menemukan pemilik rambut tersebut. Para pengawal sunan langsung menangkap dan membawa putri untuk menghadap Sunan Palembang. Mereka mengendarai perahu kajang lake yang dikayuh oleh empat belas orang.
Di tengah perjananan, Dayang Rindu memohon kepada para pengawal sunan untuk berlabuh di suatu tempat di sebelah ilir desa. Setelah merapat ke tebing, tiba-tiba Dayang Rindu langsung melompat ke darat dan berlari meninggalkan pasukan sunan. Pengawal sunan langsung mengejar Dayang Rindu dan mereka berhasil menemukan Dayang Rindu.
Setelah ditemukan para pengawal sunan mengumbuk (merayu) Dayang Rindu agar mau ikut ke Palembang untuk menghadap sunan. Dayang Rindu tidak mau ikut. Para pengawal tetap memaksa. Saat pengawal lengah Dayang Rindu langsung kabur dan menghilang. Kali ini pengawal sunan tidak berhasil menemukan Dayang Rindu. Mereka pun pulang dengan tangan hampa.
Tempat putri kabur dan menghilang sekarang terletak di belakang masjid Al-Muttagin di Desa Pengumbuk. Nama Desa Pengumbuk diambil dari kata mengumbuk (merayu). Desa Pengumbuk terletak di Kecamatan Rantau Bayur, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan.

 
Diceritakan kembali oleh Neny Tryana, S. Pd. (Guru SMA Plus Negeri 2 Banyuasin III)
Cerita rakyat ini berasal dari Kecamatan Rantau Bayur, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *